DIA dan DIA DAN IMPIAN KAMI
Semalam ini aku bersama nya, menemani tubuhnya yang makin kurus. Sebenarnya bukan hanya malam ini, malam-malam sebelum nya juga aku bersama nya. Menemaninya menghabiskan sisa-sisa hidup nya yang mungkin tidak lama lagi. Diagnosa dokter yang merawatnya selama ini mengatakan bahwa abdi mengidap gagal ginjal yang sudah kronis. Gagal ginjal ini di akibatkan karena abdy tidak pernah menjaga makannya dan bekerja terlalu keras. Kalau kularang dia selalu mngatakan bahwa ini untuk masa depan kami. Dulu dia sering mengeluh sakit perut tapi ketika ku ajak ke dokter dia tidak mau dan berkilah kalau itu hanya sakit perut biasa. Tiba-tiba saja ku dapati dia pingsan di kamar mandinya 3 bulan yang lalu dan ini lah hasil diagnosa dokter. Dia sulit di selamatkan, bahkan mengcangkok ginjal dan cuci darahpun tak bisa menyembukannya hanya bisa memperpanjang nyawanya. Aku tidak suka diagnosa dokter karena dokter bukan tuhan. DIa tidak tau kapan nyawa seseorang di ambil tapi apa daya ku setelah ku lihat abdy semakin kurus, bahkan dy semakin lemah dan kerja nya hanya berbaring di atas tempat tidur. Ku perhatikan wajah tampan kekasih ku yang semakin kurus dan keliatan tua.
"ren, aku haus", tiba-tiba aku tersentak saat abdy bangun dan berucap sangat lirih.
Dengan segera ku ambil kan air minum untuk nya. Perih hati ku tiap kali melihat lelaki yang dulu begitu gagah gini terkulai tak berdaya.
"Ren, kamu g pulang?" tanya nya lirih
"malam ini aku nemanin kamu disini"
"kamu dah hampir dua bulan disini, apa kamu g bosan ren?"
"ya g lah, kalau bosan aku g mungkin datang kesini lagi", ucap ku sambil mengenggam tangannya."maaf kan aku ren, karena aku sakit impian kita mempunyai keluarga kecil yang bahagia batal" aku sedih saat dy mengucapkan hal yang sama berkali-kali selama di tau di sakit. Ku cium keningnya dan menatap nya hangat.
"jangn di ulangi lagi..Aku sama sekali tidak menyalahkan mu"
"Tapi ren, kalau bukan karena aku sakit mungkin kamu sudah bahagia" Aku tersentak mendengar kat-katanya
"sudah lah, kembalilah tidur" ucapku sambil membelai rambutnya. Ku lihat dia mulai menutup matanya. Kata-kata terakhir yang di ucapkan abdy membuat ku teringat akan 2 bulan yang lalu. Teringat dimana aku bersama nya ya bersama laki-laki itu. laki-laki yang menemaniku saat abdy tak hadir karena terlalu sibuk dengan kerja dan impian yang dia rancang untuk masa depannya tanpa dy sadari dia membuat cintaku untuknya kian memudar.
Dan disaat-saat rasa jenuh datang tibalah seorang laki-laki yang membuat dunia ku kembali ceria. Nama nya yovi. ya laki-laki itu namanya yovie. Aku bukan baru kenal dengannya. Dia tetangga ku, rumah nya tepat berada di depan rumah ku cuma beberapa tahun ini dia kuliah di daerah lain hingga dia jarang pulang dan membuat kami kurang dekat apalagi kami cuma bertemu di saat liburan panjang itupun jarang.kami dekat saat dia mulai menyapa ku saat aku terlihat termenung ketika menunggu abdy malam minggu itu. Dia menyapa ku dan minta izin untuk bisa menemaniku karena katanya aku seperti butuh teman buat berbagi. Awalnya sih aku kurang suka kata-katanya bukan karena dia salah tapi karena dia benar dan aku benci orang lain bisa membaca pikiran ku. Kupersilahkan dia duduk, awal nya sedikit kaku bahkan aku lebih bnyak diam tapi lama-lama dia bisa membuat ku tersenyum bahkan tertawa. aku mulai merasa nyaman bersama nya. Saking tak sadar nya waktu terus berlalu hingga aku lupa kalau aku mlam ini menunggu abdy datang kerumah. Setelah malam itu yovie sering menemaniku. Yang ku tahu dia telah selesai menamatkan S2 nya hingga dia siap bekerja di kota kami dan mungkin tidak berniat ke tempat lain.
"abdy, malam inipun kamu g bisa datang kerumah?" tanya ku pada abdy saat dia membatalkan pertemuan kami dan ini minggu ke 5 sudah satu bulan lebih dia tak datang kerumah." ga bisa ren, Aku sibuk banget. kamu sabar ya sayang ini demi kita demi impian kita", itulah kat-kata yang sering di ucapkannya jika dia tidak jadi atau hanya untuk membatalkan janji nya padaku.
"Ini impian kita atau hanya ambisi mu?", kesabaran ku mulai habis
"ya impian kita dong sayang, kamu bersabar ya?",
"ya..."jawab ku dingin.dan sesaat kemudian dia mematikan telponnya karena masih banyak laporan yang harus dia kerjakan. Aku benaran tidak mengerti, dia kerja untuk impian kami atau hanya untuk ambisi nya untuk bisa di banggakan semua orang. Lagi-lagi aku kehilangan malam-malam yang harus nya ku habiskan bersama nya dan lagi-lagi kekosongn itu di isi oleh yovie.
"ren, malam ini jalan yuk",
"kemana?",
" ya kemana aja, gimana kalau kita jalan bareng dari dapur keruang tamu", kata-kata nya mengaget kan ku dan membuat ku terbahak. laki-laki satu ini g pernah kehabisan bahan untuk membuat ku tertawa dan sifat ini emang tidak ada di abdy tapi aku dulu suka padanya karena dia baik dan laki-laki yang selalu menepati janjinya dan sekarang sudah tidak lagi.
"tadi ketawa sekarang kok bengong", yovie menyadari kalau aku sedang memikirkan sesuatu dan aku hanya tersenyum."yuk kita jalan", kata ku pada yovie
"kemana?",
"ke mall aja", jawab ku
"ke mall jalan?", tanya nya lagi
"iya, emang mau kemana lagi?",
"yaaaaaaaahhh reennn...maal itu jauh masak kita jalan kaki, buat apa gunanya mobil", "heeheh dasar ya iyalah naik mobill..yukkk",
"ayuuuk deh", tanpa menunggu aba-aba dia menarik tangan ku dan minta izin pada orang tua ku dari pintu..emang g keliatan anak berpendidikannya..beda banget ama abdy tapi tingkah nya ini tak menjadi masalah bagi orang tua ku yang memang sudah mengenal nya sejak kecil.
Kebersamaan itu mulai terjalin hingga aku sedikit demi sedikit melupakan abdy. Melupakannya hingaa tanpa hadirnya pun aku tak merasa kehilangan lagi Karena sosok abdy di gantikan oleh yovie yang selalu ada dan mampu membuat ku jadi riang. Dan entah sejak kapan hati ini telah di isi oleh nya dengan canda tawa nya.
Aku tidak sedikitpun berniat melupakan abdy dan impian kami tapi keberadaan yovie disini benar-benar mampu mengusir rasa rindu ku pada kehadiran abdy.
"yov...kok malam ini g datang sih?", tanya ku pada yovie di telpon.
"hmmm..aku pengen banget nemuin kamu yank tapi badan ku lagi g enak nih, kamu dung yang kesini cinta", ternyata dia sakit. Kami tidak tau apa hubungan kami tapi kata-kata mesra itu sudah menjadi kebiasaan kami sekarang dan yovie kadang tidak segan menggandeng tangan ku atau mengenal kan aku sebagai pacar nya ke teman-temannya dan aku sama sekali tidak keberatan. walau aku sadari bahwa aku mulai bermain apa dengan menghianati abdy tapi hubungan ku dengan yovie juga belum resmi walaupun ada sedikit harapanku untuk hubungan ini.
"sakit apa sih?" tanya ku smbil menyentuh dahinya. tiba-tiba digenggam tanganku dan diletakkan di dada nya. "ini yang sakit", katanya.
"hmm..dah ke dokter?" tanya ku yang mulai berdebar
"kan kamu dokternya",
"Aku bukan dokter cuma lagi besuk pasien aja..aduuh masa berkunjung sudah habis nih yang besuk pasien pulang dulu ya", saat aku mulai berdiri menarik ku duduk dan semakin rapat dengannya."ren, jangan pulang dulu"
"emangnya ada apa?" jantungku semakin berdebar tak karuan
"ren, kamu mau g jadi ehem ehem ku", kata isyarat nya buat ku tersenyum
"apa tuh ehem ehem, pembantu ya? ga mau lah kalo cuma pembantu",
"ya ga lah sayang, ren kamu mau g jadi pacarku", setelah kata-kata itu dia ucapakan dia malah menunduk. yang kupikir manusia ini tanpa malu tenyata bisa malu juga.Niat di hati ingin langsung ku katakan iya aku mau jadi pacar mu tapi beban ku masih ada. Aku masih punya hubungan dengan abdy.
"maaf kan aku yov..aku pasti mau menerima kamu sebagai pacarku tapi aku masih punya hubungan dengan abdy",
"apa kamu masih cinta?" pertanyaan nya membuat ku bingung. Aku bingung apa rasa buat abdy masih ada atau hanya karena mau di anggap pacar yang setia kubiarkan hatiku hampa.
"yov..aku tidak tau apa atau bagaimana perasaan ku padanya yang jelas aku juga menyukaimu, kau hadir disaat aku kehingan saat-saat bersama nya. tapi aku tidak pernah ngenggap kamu pelarian atau hanya pengisi kekosongan karena rasa buat mu juga hadir seiring kebersamaan kita", aku sungguh tak mampu membohongi hatiku kalau aku benar-benar mulai jatuh cinta pada yovie. dia hadir di saat yang tepat. Kala hati ku sepi karena kesibukan abdy dia hadir mengisi kekosongan itu. Lama kami terdiam hingga kuputuskan tuk mengakiri hubungan ku dengan abdy dan ku meminta waktu 2 hari untuk menyelesaikan semuanya dengan ardy dan yovie mau tuk menunggu.
Hari itu, dimana semua impian ku sirna. Hari dimana aku harus menyelesaikan masalahku dengan abdy. Aku harus membuat keputusan untuk diriku sendiri. Ku ajak abdy ketemuan. Awal nya dia menolak dengan alasan yang sama yaitu sibuk tapi setelah kudesak dia akhirnya mau juga bertemu denganku. Tapi dia lebih memilih pertemuan di rumah nya.
Kucoba ketuk pintu rumahnya sampai beberapa kali tapi tidak ada yang menyahut karena tidak sabaran aku langsung masuk kedalam dan ternyata didalam rumahnya sangat berantakan. Ada bnyak brosur berserakan. Kubaca beberapa brosur dan semua brosur mengenai rumah. Aku tertegun saat membaca tulisan di komputernya yang masih hidup yang sengaja di letakannya di ruang keluarga. Tulisan ini benar-benar membuat ku takut tuk mengambil keputusan tuk pergi darinya. DENAH RUMAH MASA DEPAN KU DAN RENA
oohh tuhan. Apa yang harus kulakukan.Kutunggu dia didepan komputer nya sambil melihat beberapa denah yang digambar oleh nya. Lama ku menunggu hingga habis kesabaranku. Kucoba hubungi nomor ponsel nya dan aktif hingga aku sadari bunyi ponsel itu sangat dekat. Kucari sumber bunyi nya hingga kudapati ponsel itu berada dilantai dengan tubuh abdy yang tergeletak disampingnya. Aku bingung. Aku histeris melihat tubuh yang sudah hampir 2 bulan tak kutemui begitu kurus. Aku menghubungi semua orang agar membantu ku membawanya kerumah sakit. nah disinilah aku sekrang.
Menemaninya menikmati saat-saat terakhir nya. Kuputuskan tuk pergi dari yovie. Karena aku tak kan mungkin meninggalkan abdy disini.
"maafkan aku yov, aku g bisa bersama mu"
"tapi kenapa? bukannya kamu bilang kamu sudah mengambil keputusan untuk bersamaku"
"iya, tapi aku tidak akan bisa meninggalkan. Dia sekarat. dan aku bukan perempuan sadis yang tega meninggalkannya disaat dia seperti ini.maafkan aku ya yov", Aku tak mampu membendung air mataku. Aku sakit. Disaat aku ingin menggapai impianku, orang yang juga berusaha untuk impian kami terbaring tak berdaya.
" ini keputusanmu. Aku hanya bisa pasrah", ungkapan itu seakan membuat ku terhenyak.
Yovie maninggalkan ku, aku tau dia terluka tapi aku putuskan tuk tidak pergi dari abdy meski impian ku sendiri tak tergapai. Karena impian kamilah abdy jadi seperti ini.
Ini sudah hampir 3 bulan lebih dan keadaan abdy makin memburuk. Tapi aku akan tetap bersamanya hingga dia tau aku tak kan meninggalkannya meski impian kami tak jadi kenyataan.Terakhir ku dengar yovie pergi dari kota ini untuk melanjutkan s3 nya tapi kali ini tak di Indonesia. Mungkin di benua lain di belahan bumi yang lain. Pergilah yov gapai impian mu. Aku disini bersama lelaki yang berusaha hingga ajal menjemputnya tuk mewujudkan impian kami.Meski impian itu tak akan pernah menjadi nyata. Tapi aku akan tetap bersama nya si pewujud Impian ku
No comments:
Post a Comment