Tuesday, September 20, 2011

andaikan

Mencoba meretas jalan menuju bahagia bukan hal yang mudah. Banyak hal dan jalan yang harus dilalui kadang ketika setengah jalan kita telah berjalan ingin sekali kita mundur karena jalanan yang akan dilalui berupa duri-duri beracun dan palung -palung raksana yang seakan menelan kita jauh kedalam dasar tak bertepi.

Tapi saat mundurpun kita sudah sulit karena saat melihat kebelakang jalanan untuk kembali sudah hancur tak berbentuk bahkan nyaris hilang. Dengan linangan air mata kita terus melangkah terseok-seok memaksakan kaki untuk terus melangkah meski darah dari luka-luka itu berceceran tanpa henti.

Setelah kita sampai kepuncak bahagia itu setelah sekian banyak penderitaan akankah bahagia itu layak dengan derita yang kita tempuh untuk mendapatkanya. Bagaimana dengan bekas-bekas luka yang telah menghancurkan hampir satu badan kita?. Mencoba menghilangkan luka yng membekas dan mencoba ngobati racun yang menjalar disetiap tetes darah. 

Aku tak benci takdir ku. Cuma aku benci dengan hati ku yang lemah yang tak mampu menahan penderitaan yang hadir di tiap hidup ku. Benci terhadap diriku sendiri yang tak mampu melangkah ataupun mundur dari derita. Aku bertahan dan terus saja terluka. Ketakutan ku membuat ku diam dan pasrah. Ingin ku lari maju ataupun mundur kutak peduli tapi aku sedikitpun tak punya keberanian. Sedikitpun aku tak punya. Amanah nya kepegang penuh demi nya aku biarkan hati ku tercabik-cabik dan terluka. Ingin teriak sekuat-kuatnya tapi suara tertahan tak mampu keluar.

Sunday, September 18, 2011

my sad moment

Saat inipun masih terasa di ingatan bagaimana laki-laki yang selalu kupuja itu tersenyum dan mulai merespon pertama kali sejak dia sakit yang merusak seluruh jaringan syarafnya. Kami begitu bahagia ketika hari itu dia mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan sembuh dan akan memenuhi semua impian dan harapan-harapan nya yang selama ini dia ucapakan. 

 Tapi tanda di sadari sang takdir lebih mencintai nya. tanpa kami tunggu ternyata yang empunya badan telah meminta nya kembali. Tepat tanggal 27 Agustus 2011 jam 20.05WIB.  Orang tua kami H. USMAN bin Dulah Rahim di panggil yang kuasa. Air mata tak bisa di bendung meski rasa iklas ada. Berat sekali rasanya. Seorang laki-laki yang selalu mendukung dan menguatkan itu sudah tidak ada. Ya ALLAH. Hanya kepadamu aku meminta. Terima dia dengan segala kebaikan nya, tempatkan dia di antara para kekasihMu dan jadikan kuburan nya sebagai lubang surga bagi nya. Amien amin ya ALLAH.